Rabu, 30 Juni 2010

Drs. H. Gunawan Undang M.Si.: Bertekad Memajukan Garut Selatan

SEBAGAI orang yang lahir dan besar di wilayah Cisewu Garut Selatan, Undang ingin melirik dan membangun daerahnya dengan potensi amat menggiurkan. Melalui Forum Pengkajian dan Pengembangan Garut Selatan (FPPGS) ia berusaha " menggelitik" kepedulian pemerintah dan mengundang kalangan pengusaha.

ADA rasa gelisah dan galau dalam hati Gunawan Undang yang karib dipanggil Kang Undang. Sebagai putra asli dari wilayah Garut Selatan tepatnya Cisewu ternyata kondisi daerahnya amat jauh tertinggal dibandingkan wilayah utara Jawa Barat termasuk wilayah utara Kabupaten Garut.



"Bukan berarti saya berpikiran sektoral dengan hanya memikirkan Garut Selatan, namun apabila kita mau jujur dengan memajukan Garut Selatan akan memajukan wilayah Garut secara keseluruhan," kata pria kelahiran 3 November 1966 ini.

Sebagai wilayah yang dekat pantai atau pesisir, menurut Undang tak seharusnya wilayah Jawa Barat selatan mulai dari Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, sampai Ciamis tertinggal dibandingkan wilayah tengah maupun wilayah utara. "Apabila merujuk kepada sejarah, seharusnya wilayah pantai seperti Jawa Barat selatan sama majunya dengan wilayah utara yang juga daerah pesisir seperti Cirebon. Dari zaman dulu perdagangan melalui pantai baik sejak masuknya agama Islam maupun saat penjajah Belanda yang membangun dermaga di Cilaut Eureun," ungkap pria yang menghabiskan SD, SMP, sampai SMEA di Garut ini.

Nyatanya, 15 kecamatan di Garut selatan dari 40 kecamatan di Kab. Garut malah kondisinya masih "gelap" dan belum mendapatkan tetesan sinar untuk kemajuannya. Kelima belas kecamatan itu adalah Talegong, Cisewu, Caringin, Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Banjarwangi, Cihurip, Pamulihan, Cikajang, Singajaya, Pendeuy, Cisompet, Cibalong, dan Pameungpeuk. "Kalau mau jujur 15 kecamatan tersebut luasnya mencapai 75% dari wilayah Kab. Garut. Sudah sepantasnya apabila pemerintah terutama Pemkab Garut lebih memprioritaskannya tanpa meninggalkan wilayah utara," jelasnya.

Di mata Undang, potensi Garut Selatan ibarat "putri nan elok dan cantik yang masih tidur lelap" dan belum ada yang berani membangunkannya. "Kalau bicara potensi wilayah Garut Selatan jangan ditanya lagi sebab amat melimpah ruah. Mulai dari bijih besi, pasir besi, bijih baja, batu akik, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dermaga di Cilaut Eureun, dan potensi wisata baik pantai maupun agrowisata," paparnya.

Sebagai gambaran, pemerintah Belanda saat masih menjajah Indonesia juga melirik potensi Garut Selatan hingga membuat dermaga di Cilaut Eureun. "Apabila penjajah Belanda saja melirik potensi wilayah Garut Selatan yang strategis sudah seharusnya pemerintah pusat, Pemprov Jabar, dan Pemkab Garut juga mengalihkan pandangannya ke wilayah selatan," kata Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Program Pascasarjana Unpad (IMPPU) ini.

Keberpihakan pemerintah, lanjut Undang, belum terasa meyakinkan. Terlihat dari belum rampungnya pembangunan jalan trans selatan mulai dari Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, dan Kab. Ciamis. "Memang sudah ada sebagian trans-Jawa Barat selatan yang dapat diselesaikan hingga dilalui kendaraan, namun sebagian besar lagi baru sebatas membuka jalan hingga belum ada pengerasan sama sekali apalagi pengaspalan. Tentu saja jalan yang masih berlumpur akan sulit dilalui pada saat musim hujan tiba hingga jalur selatan lebih banyak terputus di tengah jelan," timpalnya.

Padahal, dengan adanya jalan trans-Jabar selatan akan membuka isolasi wilayah sekaligus mengundang para pengusaha dan investor untuk menanamkan modalnya. "Adanya jalur transportasi yang baik akan membuka mata para pengusaha hingga melihat dengan jernih potensi-potensi di Garut selatan mulai dari pertambangan, wisata pantai, pertanian dan perkebunan, sampai potensi air untuk pembangkit listrik," katanya.

Potensi wisata alam wilayah Garut Selatan, menurut Undang seperti Pantai Bungbulang, Pantai Sayang Heulang, dan Pantai Cilaut Eureun. "Sementara itu, potensi pertambangan adalah bijih besi, pasir besi, bijih baja, batu akik, dan Sungai Cilaki untuk PLTA apalagi BPPT bersedia membuatkan studi kelayakannya," ujar suami dari Hj. Enny Nuryani ini.

Belum termasuk potensi pertanian dan perkebunan serta arung jeram yang dapat dikembangkan. "Dari hasil kajian ternyata lebar Teluk Cilaut Eureun sampai 600 meter hingga bisa dibuat dermaga dengan kapasitas 150.000 DWT. Dalam hal ini dinas hidrologi bersedia diserahi tugas untuk membuat studi kelayakan pembangunan dermaga yang merupakan pintu gerbang perdagangan dan perikanan dengan dunia luar," katanya.

**

DI tengah-tengah potensi yang amat melimpah itu, Undang juga mengakui masih banyak kendala untuk menggalinya karena untuk membuat studi kelayakan potensi pertambangan saja membutuhkan dana tak kurang dari Rp 3 miliar. "Belum studi kelayakan untuk wisata pantai, dermaga, PLTA, dan lainnya yang tentu saja dananya amat besar. Pemkab Garut tak akan sanggup memberikan dana puluhan miliar sekadar untuk studi kelayakan," ujarnya dengan nada prihatin.

Kondisi alam Garut Selatan diakui Undang juga rawan longsor, perbukitan terjal, dan rawan letusan gunung berapi. "Belum lagi kualitas SDM masyarakat Garut Selatan yang rata-rata amat rendah. Sebagai gambaran saja rata-rata SDM di Garut Selatan tak sampai tamatan SD hingga perlu dipacu agar rata-rata lama sekolah meningkat," tegas Ketua STMIK Jabar ini.

Meski dari segi infrastruktur masih jauh dari memadai, sebuah perusahaan nasional mau menggarap wilayah Garut Selatan di bidang penambangan pasir besi di Desa Indralayang dan Desa Singajaya. "Malah, perusahaan tersebut berencana membangun kompleks industri baja dan industri kimia hingga akan mampu membangkitkan potensi alam dan masyarakat sekitar Garut Selatan," jelas perintis Yayasan Guruminda, Yayasan Al-Ghifari, dan Yayasan Al-Aitam bersama dengan Drs. H. Sali Iskandar.

Hanya, perusahaan yang telah beroperasi sekira tiga bulan itu mengeluhkan infrastruktur jalan raya yang amat tidak memadai untuk kebutuhan industri. "Jalan trans-Jabar selatan banyak yang rusak, belum diaspal, dan ada jembatan yang belum dibangun sehingga terputus. Pihak pengusaha mengusulkan pembangunan rel KA apalagi fasilitas kredit ekspor untuk rel dan gerbong serta lokomotif sudah ada pada Dephub pusat," katanya.

Dengan segudang potensi dan seabrek masalah, menurut Undang, harus dibuat peta penyelesaian masalah secara bertahap apalagi kemampuan dana pemerintah juga terbatas. "Tentu saja yang pertama kali harus dilakukan adalah identifikasi secara mendetail potensi alam Garut selatan hingga nantinya bisa dijual ke para investor. Selain itu, kita juga harus jujur dan objektif memberikan identifikasi soal kelebihan dan kekurangan Garut Selatan," kata Ketua Forum Mahasiswa Pascasarjana Seluruh Indonesia ini.

Setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan Garut Selatan kemudian disusun skala prioritas penanganan terutama pembangunan infrastruktur dari jalan, dermaga, listrik, dan telefon. "Penjajah Belanda pernah membuka landasan pesawat terbang di Garut Selatan hingga bisa kita ungkit kembali kemungkinan membangunnya kembali," ucap ayah tiga anak ini.

Tentu saja partisipasi tokoh-tokoh masyarakat baik yang ada di Garut, Jawa Barat, maupun tingkat nasional terutama berasal dari Garut selatan harus diajak memikirkannya. "Tokoh atau pakar sekelas Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, Dr.H. Karhi Nisjar, Prof. Dr. H. Yus Rusyana, atau H. Sali Iskandar berasal dari wilayah Garut Selatan. Belum lagi tokoh-tokoh lainnya yang harus kita rangkul untuk memajukan Kab. Garut khususnya yang ada di selatan," sambungnya.

Jalan lain yang harus ditempuh, aku Undang, adalah melalui jalur legislatif (wakil rakyat) baik DPR, DPRD Jabar, maupun DPRD Kab. Garut untuk lebih menyuarakan masalah Garut Selatan. "Anggota DPR, DPRD Jabar, maupun DPRD Garut dari wilayah Garut Selatan amat sedikit hingga akibatnya masalah Garut Selatan belum pernah muncul ke permukaan," kata Ketua Ikatan Keluarga Alumni FKIP Unpas ini.

Sebagai gambaran pada Pemilu 1999 lalu untuk tingkat DPRD Kab, Garut saja wilayah Garut Selatan hanya diwakili dua orang yang ternyata domisilnya bukan dari wilayah selatan. "Kalau DPRD Garut saja wilayah selatan kurang diperhatikan hak-hak politiknya apalagi di DPRD Jabar dan DPR pusat. Sudah waktunya menjelang Pemilu 2004 ini semua partai diajak untuk memperjuangkan hak-hak politik dari wilayah selatan," tandasnya.

FPPGS sendiri, aku Undang, berupaya menggali dan mempromosikan wilayah Garut Selatan dengan menggelar berbagai kajian ilmiah dan mempertemukan pejabat pemerintah dan kalangan swasta untuk bicara masalah Garut selatan. "Kita harapkan dalam beberapa tahun ke depan sudah muncul kebijakan pemerintah untuk membangun infrastruktur di Garut Selatan. Jangan sampai warga Garut Selatan berpencar ke daerah-daerah lain untuk mencari sesuap nasi dengan alasan daerahnya tak memiliki prospek, padahal potensinya amat menjanjikan," ungkapnya.

"Sudah tiga bulan ini perusahaan pertambangan dari Jakarta masuk ke Garut Selatan yang kita harapkan memacu dan memicu investor lainnya. Kalau wilayah pantura seperti Cirebon bisa maju, mengapa wilayah selatan tidak bisa?" timpalnya bersemangat seraya mengakhiri pembicaraan.

Sumber :
http://cisewu.tripod.com/id13.html


2 komentar: